BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti
halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud
apabila manusia terlibat di dalamnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak
mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Ia membutuhkan kehadiran orang
lain, di sinilah diperlukan interaksi antarmanusia. Dalam berinteraksi, manusia
menggunakan bahasa dalam bertutur.
Secara
mendasar, dalam berinteraksi antara penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari
bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, enggunaan bahasanya, dan
interpretasi-interpretasinya. Agar interaksi mencapai tujuannya, setiap peserta
tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap
kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu.
B. Rumusan Masalah
- Apa yang dimaksud
dengan maksim tutur?
- Bagaimana prinsip
kerjama dalam berinteraksi?
3. Bagaimana prinsip
kesantunan dan maksim-maksimnya?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan
masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan
makalah ini adalah: “Untuk mengetahui Retorika antar pribadi, dalam
mempelajari maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim
permufakatan dan maksim simpati serta peran dalam berkomunikasi”.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini di harapkan dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak
langsung dalam upaya meningkatkan kualitas berkomunikasi antar pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Maksim Tutur
Maksim tutur merupakan kaidah
kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya,
penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan
ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk
pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.
B.
Interaksi: Komponen dan
Fungsinya
Sebelum kita masuk pada pembahasan
prinsip kerjasama dan kesopanan, ada baiknya terlebih dahulu kita masuk dahulu
pada pembahasan interaksi yang melingkupi komponen dan fungsinya. Karena pada
pembahasan kali ini sangat erat kaitannya dengan interaksi antar manusia untuk
menghasilkan sebuah komunikasi.
Interaksi secara etimologis berasal
dari bahasa latininter yang berarti antara dan agree yang
berarti berbuat. Jadi interaksi berarti saling berbuat. Secara epistimologis,
River (1987) mengatakan bahwa interaksi adalah kegiatan yang melibatkan
pengiriman pesan, penerimaan pesan, dan konteks. Sebuah interaksi melibatkan
beberapa komponen. Hymes (1973) menjelaskan ada delapan komponen interaksi yang
diakronimkan dengan SPEAKING, setting (latar), participation (peserta),
ends (tujuan), act sequences (urutan tutur), key (kunci) ,
instrument (alat/saluran), norms (kaidah), dan genre (genre).
Rofi’udin
(1990) menyederhanakan komponen interaksi di atas menjadi tiga, yaitu (1) media
yang digunakan, (2) pelaku interaksi, dan (3) konteks yang melatarinya.
Interaksi merupakan kegiatan komunikasi, maka dari itu fungsi interaksi sama
dengan fungsi komunikasi. Saville-Trokie (1982) menjelaskan fungsi komunikasi
antaralain untuk (1) mengungkapkan perasaan dan emosi, (2) memrintah atau
meminta, (3) mengetahui benar tidaknya suatu proposisi, (4) mengungkapkan rasa
keindahan, (5) menyatakan rasa phatik, empatik, simpatik, dan solidaritas, dan
(6) fungsi yang mengacu pada komunikasi itu sendiri (metalingual).
C.
Prinsip Kesantunan dan
Maksim-maksimnya
Dalam
kajian pragmatik, selain konsep kerjasama dikenal juga konsep kesantunan atau sopan
santun. Menurut Leech (1980,1983) sopan santun merupakan tingkat interaksi
percakapan di samping kaidah prinsip kooperatif. Pandangan Leech tentang sopan
santun mencakup seperangkat maksim sopan santun yang terdiri dari maksim
kearifan, maksim kedermawanan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati,
maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.
Maksim Pujian/Penghargaan
(Approbation Maxim)
Maksim pujian berbunyi “kecamlah mitra
tutur sesedikit mungkin dan pujilah mitra tutur sebanyak mungkin”. Maksim ini
menghendaki peserta pertuturan bersikap santun dengan memberikan penghargaan
kepada lawan tutur sehingga para peserta tidak ada yang saling mengejek,
mencaci, atau merendahkan pihak lain. Perhatikan contoh berikut.
1. Anak : “Bu, tadi aku membuat baju kebaya buat ibu.”
Ibu : “O ya? Ibu jadi tidak sabar untuk
memakainya.”
2. Anita : “Cerita pendek tulisanku bagus, kan?”
Andika : “Iya, aku saja sampai tidak bisa membaca
tulisanmu.”
Tuturan (1) dituturkan oleh si anak
yang membuat baju kebaya untuk ibunya. Ibunya tahu bahwa si anak baru belajar
menjahit, tetapi si ibu menghargai hasil buatan kebaya putrinya. Sementara pada
tuturan (2) dituturkan oleh seorang teman yang ingin memberitahukan bahwa
cerita pendek tulisan yang ia buat bagus, tetapi tanggapan lawan tutur tidak
seperti yang diharapkan penutur. Lawan tutur tidak menghargai tulisan penutur
yang baru saja belajar menulis cerita pendek. Tuturan yang dituturkan lawan
tutur melanggar maksim pujian atau penghargaan.
2.
Maksim Kedermawanan
(Generosity Maxim)
Maksim Kedermawanan adalah buatlah
keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian sebesar mungkin.
Maksim kedermawanan ini yang terpusat pada diri tidak perlu dibedakan.
Konsep maksim kedermawanan “Buatlah
keuntungan sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian sendiri sebesar
mungkin.” Contoh:
Ani :
Ina, aku sudah selesai mandi
Sinta :
Aku mandi dulu ya, aku ada janji nih.
Ina :
Ya sudah kau mandi duluan.
Sinta :
Aduh, shampoku habis.
Ina :
Pakai punyaku saja.
Wacana tersebut menunjukkan bahwa Ina
selain menerapkan konsep maksim kearifan juga menerapkan maksim kedermawanan.
Ketaatan terhadap maksim kearifan biasanya selalu sejalan maksim kedermawanan.
Konsep kearifan agar kerugian orang lain sekecil mungkin, sedangkan konsep
kedermawanan adalah agar keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.
Pelanggaran terhadap konsep maksim
tutur berarti menerapkan “Membuat keuntungan sendiri sebesar mungkin, membuat
kerugian orang lain sebesar mungkin. Contoh:
A : Pak Burhan, boleh memetik buah
rambutan lagi?
B :
Buahnya belum masak!
Contoh
di atas mengandung konteks, bahwa si A sebelumnya diperbolehkan untuk memetik
buah rambutan di rumah Pak Burhan, namun karena si A telah menyebabkan halaman
rumah Pak Burhan kotor karena daun rambutan berguguran, maka pada hari
berikutnya ketika si A ingin memetik buah rambutan lagi, Pak Burhan tidak
mengizinkan dengan mengatakan buahnya belum masak. Hal ini jelas Pak Burhan
melanggar maksim kedermawanan.
3.
Maksim Kerendahan Hati/Kesederhanaan
(Modesty Maxim)
Maksim Kerendahan Hati/Kesederhanaan
adalah pujilah diri sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak
mungkin. Ketentuan maksim kerendahan hati dirumuskan “Pujilah diri sendiri
sesedikit mungkin dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.” Contoh:
Astri :
Wah kolak pisangnya enak sekali, siapa yang buat?
Bibah :
Iya enak sekali, yang buat mbak Dina tuh.
Astri :
Mbak Dina ternyata jago masak ya!
Dina : Ah, biasa aja, tadi Cuma iseng coba-coba
kok.
Wacana di atas menunjukkan bahwa Dina menerapkan
konsep maksim kerendahan hati, yaitu memuji diri sesedikit mungkin dan mengecam
diri sebanyak mungkin.
Pelanggaran terhadap maksim kerendahan
hati berarti berkebalikan dengan konsep maksim kerendahan hati sehingga menjadi
memuji diri sendiri sebanyak mungkin dan mengecam diri sendiri sesedikit
mungkin. Contoh:
Ali :
Suara adzanmu merdu sekali Hud!
Huda :
Iya, sampai-sampai kemarin Pak Kyai memujiku.
Contoh
di atas jelas bahwa Huda melanggar konsep maksim kerendahan hati.
4.
Maksim Kesepakatan/Permufakatan
(Agreement Maxim)
Maksim Kesepakatan/Permufakatan adalah
usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin dan
usahakan kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin. Di dalam
maksim kesepakatan menghendaki bahwa agar ketidaksepakatan antara diri sendiri
dengan oranglain terjadi sesedikit mungkin dan kesepakatan terjadi sebanyak
mungkin. Contoh:
Ibu :
Ani, sepedahnya dimasukkan ke garasi!
Ani : Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!
Dari wacana di atas memilki konteks
bahwa Ani tidak sepakat dengan Ibunya ketika ibunya memintanya untuk memasukkan
sepeda ke garasi. Namun Ani tidak mengatakan “Tidak mau Bu!”, ia mengatakan “
Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!”, ini menandakan Ani masih berusaha
mengurangi ketidaksepakatan yang terjadi antara dia dengan ibunya. Hal ini
berarti Ani telah menaati maksim kesepakatan.
Mengenai pelanggaran maksim
kesepakatan berarti berekebalikan dengan konsep yang dijelaskan di atas. Dapat
dilihat dari contoh:
Santi :
Sin, tugas makalah Filsafat Bahasa kelompok kita sudah kamu ketik?
Sinta :
Aku ngantuk San!
Contoh
di atas Sinta melenggar prinsip kesantunan maksim kesepakatan.
5.
Maksim Simpati (Sympathy
Maxim)
Maksim Simpati adalah tindak ujaran
yang sopan dan hormat walaupun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan
penutur dan bagi petutur merupakan keyakinan yang negative. Dalam maksim
simpati menganjurkan agar partisipan interaksi mengurangi rasa antipati antara
diri dan orang lain sebanyak mungkin dan meningkatkan rasa simpati diri
terhadap orang lain setinggi mungkin. Contoh:
Ali :
Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib :
Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku
punya
di lemari.
Tuturan Najib tersebut dapat kita
simpulkan bahwa dia menaati maksim simpati. Sementara pelanggaran maksim
simpati mempunyai konsep yang berlawanan dengan konsep di atas, yakni
meningkatkan rasa antipati dan mengurangi rasa simpati terhadap orang lain.
Contoh:
Ali :
Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib :
Biar kapok, siapa suruh naik sepeda ngebut.
Contoh tersebut secara jelas Najib
telah melanggar prinsip kesopanan maksim simpati.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Maksim merupakan
kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur
tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap
tindakan dan ucapan lawan tuturnya.
Maksim tutur
terdiri dari prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Keduanya bertujuan untuk
mencapai interaksi yang baik dan mengarah pada tujuan komunikasi yang baik yang
tercipta antara kedua belah pihak yang berinteraksi. Prinsip Kerja Sama (PKS)
berbunyi “Buatlah sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada
saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang sedang atau Anda ikuti”. PKS
terdiri dari empat maksim, yaitu maksim kualitas, kuantitas, relebansi dan
cara.
Prinsip Kesopanan mencakup seperangkat maksim sopan santun yang terdiri
dari maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim penerimaan, maksim kerendahan
hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan.
Oleh karena itu kami mengharap kepada segenap pembaca yang budiman untuk
memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran, baik secara lisan mapun
secara tertulis. Kami akan dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga
makalah ini menjadi manfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin, dkk. Jurnal Dinamika
Penelitian vol 10 Nomor 2, Nopemper 2010 (artikel Realisasi Prinsip
Kesantunan Dalam Interaksi Keluarga oleh M. Jazeri) Tulungagung : P3M STAIN
Tulungagung 2001
Ibrahim, Abd. Syukur, Kajian Tindak Tutur. Surabaya
: Usaha Nasional, 1993
Nurmala Sari, Makalah Pragmatik Maksim Kerjasama dalamhttp://kumpoelantoegaskoe.blogspot .com diakses pada 25 Maret 2011
Syahrul, dkk. Diksi Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra dan
Pengajarannya vol 15 No. 2 Juli 2008 (Realisasi Prinsip Kerjasama Dalam
Sebuah Interaksi oleh M. Jazeri), Yogyakarta : Fakultas Bahasa dan Seni UNY,
2008
Kutbuddin Aibak, dkk, Jurnal Dinamika
Penelitian vol 10 Nomor 2, Nopemper 2010 (artikel Realisasi Prinsip
Kesantunan Dalam Interaksi Keluarga oleh M. Jazeri) Tulungagung : P3M STAIN
Tulungagung, h. 180
Tidak ada komentar:
Posting Komentar