Rabu, 22 Februari 2017

Makalah Maksim Retorika Antar Pribadi

BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Berbahasa adalah aktivitas sosial. Seperti halnya aktivitas-aktivitas sosial yang lain, kegiatan berbahasa baru terwujud apabila manusia terlibat di dalamnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya sendirian. Ia membutuhkan kehadiran orang lain, di sinilah diperlukan interaksi antarmanusia. Dalam berinteraksi, manusia menggunakan bahasa dalam bertutur.
Secara mendasar, dalam berinteraksi antara penutur dan mitra tutur sama-sama menyadari bahwa ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, enggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya. Agar interaksi mencapai tujuannya, setiap peserta tindak tutur bertanggung jawab terhadap tindakan dan penyimpangan terhadap kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual itu.
B.     Rumusan Masalah
  1. Apa yang dimaksud dengan maksim tutur?
  2. Bagaimana prinsip kerjama dalam berinteraksi?
3.      Bagaimana prinsip kesantunan dan maksim-maksimnya?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan  rumusan masalah  di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah  ini adalah: “Untuk mengetahui Retorika antar pribadi, dalam mempelajari maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kesederhanaan, maksim permufakatan dan maksim simpati serta peran dalam berkomunikasi”.
D.    Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan kualitas berkomunikasi antar pribadi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Maksim Tutur
Maksim tutur merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya. Selain itu maksim juga disebut sebagai bentuk pragmatik berdasarkan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan.
B.     Interaksi: Komponen dan Fungsinya
Sebelum kita masuk pada pembahasan prinsip kerjasama dan kesopanan, ada baiknya terlebih dahulu kita masuk dahulu pada pembahasan interaksi yang melingkupi komponen dan fungsinya. Karena pada pembahasan kali ini sangat erat kaitannya dengan interaksi antar manusia untuk menghasilkan sebuah komunikasi.
Interaksi secara etimologis berasal dari bahasa latininter yang berarti antara dan agree yang berarti berbuat. Jadi interaksi berarti saling berbuat. Secara epistimologis, River (1987) mengatakan bahwa interaksi adalah kegiatan yang melibatkan pengiriman pesan, penerimaan pesan, dan konteks. Sebuah interaksi melibatkan beberapa komponen. Hymes (1973) menjelaskan ada delapan komponen interaksi yang diakronimkan dengan SPEAKING, setting (latar), participation (peserta), ends (tujuan), act sequences (urutan tutur), key (kunci) , instrument (alat/saluran), norms (kaidah), dan genre (genre).
Rofi’udin (1990) menyederhanakan komponen interaksi di atas menjadi tiga, yaitu (1) media yang digunakan, (2) pelaku interaksi, dan (3) konteks yang melatarinya. Interaksi merupakan kegiatan komunikasi, maka dari itu fungsi interaksi sama dengan fungsi komunikasi. Saville-Trokie (1982) menjelaskan fungsi komunikasi antaralain untuk (1) mengungkapkan perasaan dan emosi, (2) memrintah atau meminta, (3) mengetahui benar tidaknya suatu proposisi, (4) mengungkapkan rasa keindahan, (5) menyatakan rasa phatik, empatik, simpatik, dan solidaritas, dan (6) fungsi yang mengacu pada komunikasi itu sendiri (metalingual).
C.    Prinsip Kesantunan dan Maksim-maksimnya
Dalam kajian pragmatik, selain konsep kerjasama dikenal juga konsep kesantunan atau sopan santun. Menurut Leech (1980,1983) sopan santun merupakan tingkat interaksi percakapan di samping kaidah prinsip kooperatif. Pandangan Leech tentang sopan santun mencakup seperangkat maksim sopan santun yang terdiri dari maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
1.      Maksim Pujian/Penghargaan (Approbation Maxim)
Maksim pujian berbunyi “kecamlah mitra tutur sesedikit mungkin dan pujilah mitra tutur sebanyak mungkin”. Maksim ini menghendaki peserta pertuturan bersikap santun dengan memberikan penghargaan kepada lawan tutur sehingga para peserta tidak ada yang saling mengejek, mencaci, atau merendahkan pihak lain. Perhatikan contoh berikut.
1.      Anak         : “Bu, tadi aku membuat baju kebaya buat ibu.”
Ibu             : “O ya? Ibu jadi tidak sabar untuk memakainya.”
2.      Anita         : “Cerita pendek tulisanku bagus, kan?”
Andika      : “Iya, aku saja sampai tidak bisa membaca tulisanmu.”
Tuturan (1) dituturkan oleh si anak yang membuat baju kebaya untuk ibunya. Ibunya tahu bahwa si anak baru belajar menjahit, tetapi si ibu menghargai hasil buatan kebaya putrinya. Sementara pada tuturan (2) dituturkan oleh seorang teman yang ingin memberitahukan bahwa cerita pendek tulisan yang ia buat bagus, tetapi tanggapan lawan tutur tidak seperti yang diharapkan penutur. Lawan tutur tidak menghargai tulisan penutur yang baru saja belajar menulis cerita pendek. Tuturan yang dituturkan lawan tutur melanggar maksim pujian atau penghargaan.
2.      Maksim Kedermawanan (Generosity Maxim)
Maksim Kedermawanan adalah buatlah keuntungan diri sendiri sekecil mungkin, buatlah kerugian sebesar mungkin. Maksim kedermawanan ini yang terpusat pada diri tidak perlu dibedakan.
Konsep maksim kedermawanan “Buatlah keuntungan sendiri sekecil mungkin dan buatlah kerugian sendiri sebesar mungkin.” Contoh:
Ani      : Ina, aku sudah selesai mandi
Sinta    : Aku mandi dulu ya, aku ada janji nih.
Ina       : Ya sudah kau mandi duluan.
Sinta    : Aduh, shampoku habis.
Ina       : Pakai punyaku saja.
Wacana tersebut menunjukkan bahwa Ina selain menerapkan konsep maksim kearifan juga menerapkan maksim kedermawanan. Ketaatan terhadap maksim kearifan biasanya selalu sejalan maksim kedermawanan. Konsep kearifan agar kerugian orang lain sekecil mungkin, sedangkan konsep kedermawanan adalah agar keuntungan diri sendiri sekecil mungkin.
Pelanggaran terhadap konsep maksim tutur berarti menerapkan “Membuat keuntungan sendiri sebesar mungkin, membuat kerugian orang lain sebesar mungkin. Contoh:
A : Pak Burhan, boleh memetik buah rambutan lagi?
B : Buahnya belum masak!
Contoh di atas mengandung konteks, bahwa si A sebelumnya diperbolehkan untuk memetik buah rambutan di rumah Pak Burhan, namun karena si A telah menyebabkan halaman rumah Pak Burhan kotor karena daun rambutan berguguran, maka pada hari berikutnya ketika si A ingin memetik buah rambutan lagi, Pak Burhan tidak mengizinkan dengan mengatakan buahnya belum masak. Hal ini jelas Pak Burhan melanggar maksim kedermawanan.
3.      Maksim Kerendahan Hati/Kesederhanaan (Modesty Maxim)
Maksim Kerendahan Hati/Kesederhanaan adalah pujilah diri sendiri sedikit mungkin, kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin. Ketentuan maksim kerendahan hati dirumuskan “Pujilah diri sendiri sesedikit mungkin dan kecamlah diri sendiri sebanyak mungkin.” Contoh:
Astri    : Wah kolak pisangnya enak sekali, siapa yang buat?
Bibah   : Iya enak sekali, yang buat mbak Dina tuh.
Astri    : Mbak Dina ternyata jago masak ya!
Dina    : Ah, biasa aja, tadi Cuma iseng coba-coba kok.
Wacana di atas menunjukkan bahwa Dina menerapkan konsep maksim kerendahan hati, yaitu memuji diri sesedikit mungkin dan mengecam diri sebanyak mungkin.
Pelanggaran terhadap maksim kerendahan hati berarti berkebalikan dengan konsep maksim kerendahan hati sehingga menjadi memuji diri sendiri sebanyak mungkin dan mengecam diri sendiri sesedikit mungkin. Contoh:
Ali       : Suara adzanmu merdu sekali Hud!
Huda   : Iya, sampai-sampai kemarin Pak Kyai memujiku.
Contoh di atas jelas bahwa Huda melanggar konsep maksim kerendahan hati.
4.      Maksim Kesepakatan/Permufakatan (Agreement Maxim)
Maksim Kesepakatan/Permufakatan adalah usahakan agar kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin dan usahakan kesepakatan antara diri dan lain terjadi sebanyak mungkin. Di dalam maksim kesepakatan menghendaki bahwa agar ketidaksepakatan antara diri sendiri dengan oranglain terjadi sesedikit mungkin dan kesepakatan terjadi sebanyak mungkin. Contoh:
Ibu       : Ani, sepedahnya dimasukkan ke garasi!
Ani      : Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!
Dari wacana di atas memilki konteks bahwa Ani tidak sepakat dengan Ibunya ketika ibunya memintanya untuk memasukkan sepeda ke garasi. Namun Ani tidak mengatakan “Tidak mau Bu!”, ia mengatakan “ Nanti Ani mau pakai keluar lagi kok Bu!”, ini menandakan Ani masih berusaha mengurangi ketidaksepakatan yang terjadi antara dia dengan ibunya. Hal ini berarti Ani telah menaati maksim kesepakatan.
Mengenai pelanggaran maksim kesepakatan berarti berekebalikan dengan konsep yang dijelaskan di atas. Dapat dilihat dari contoh:
Santi    : Sin, tugas makalah Filsafat Bahasa kelompok kita sudah kamu ketik?
Sinta    : Aku ngantuk San!
Contoh di atas Sinta melenggar prinsip kesantunan maksim kesepakatan.
5.      Maksim Simpati (Sympathy Maxim)
Maksim Simpati adalah tindak ujaran yang sopan dan hormat walaupun ucapan belasungkawa mengungkapkan keyakinan penutur dan bagi petutur merupakan keyakinan yang negative. Dalam maksim simpati menganjurkan agar partisipan interaksi mengurangi rasa antipati antara diri dan orang lain sebanyak mungkin dan meningkatkan rasa simpati diri terhadap orang lain setinggi mungkin. Contoh:
Ali       : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib   : Apakah dia baik-baik saja sekarang? Kalau dia butuh obat merah aku                           punya di lemari.



Tuturan Najib tersebut dapat kita simpulkan bahwa dia menaati maksim simpati. Sementara pelanggaran maksim simpati mempunyai konsep yang berlawanan dengan konsep di atas, yakni meningkatkan rasa antipati dan mengurangi rasa simpati terhadap orang lain. Contoh:
Ali       : Tadi siang Huda jatuh dari sepeda saat pulang dari kampus.
Najib   : Biar kapok, siapa suruh naik sepeda ngebut.
Contoh tersebut secara jelas Najib telah melanggar prinsip kesopanan maksim simpati.



BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Maksim merupakan kaidah kebahasaan di dalam interaksi lingual, kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya, penggunaan bahasanya, dan interpretasi-interpretasinya terhadap tindakan dan ucapan lawan tuturnya.
Maksim tutur terdiri dari prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Keduanya bertujuan untuk mencapai interaksi yang baik dan mengarah pada tujuan komunikasi yang baik yang tercipta antara kedua belah pihak yang berinteraksi. Prinsip Kerja Sama (PKS) berbunyi “Buatlah sumbangan percakapan Anda seperti yang diinginkan pada saat berbicara, berdasarkan tujuan percakapan yang sedang atau Anda ikuti”. PKS terdiri dari empat maksim, yaitu maksim kualitas, kuantitas, relebansi dan cara.
Prinsip Kesopanan mencakup seperangkat maksim sopan santun yang terdiri dari maksim kearifan, maksim kedermawanan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kesepakatan, dan maksim simpati.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan. Oleh karena itu kami mengharap kepada segenap pembaca yang budiman untuk memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran, baik secara lisan mapun secara tertulis. Kami akan dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga makalah ini menjadi manfaat. Amin.



DAFTAR PUSTAKA
Aibak, Kutbuddin, dkk. Jurnal Dinamika Penelitian vol 10 Nomor 2, Nopemper 2010 (artikel Realisasi Prinsip Kesantunan Dalam Interaksi Keluarga oleh M. Jazeri) Tulungagung : P3M STAIN Tulungagung 2001
Ibrahim, Abd. Syukur, Kajian Tindak Tutur. Surabaya : Usaha Nasional, 1993
Nurmala Sari, Makalah Pragmatik Maksim Kerjasama dalamhttp://kumpoelantoegaskoe.blogspot .com diakses pada 25 Maret 2011
Syahrul, dkk. Diksi Jurnal Ilmiah Bahasa, Sastra dan Pengajarannya vol 15 No. 2 Juli 2008 (Realisasi Prinsip Kerjasama Dalam Sebuah Interaksi oleh M. Jazeri), Yogyakarta : Fakultas Bahasa dan Seni UNY, 2008
Kutbuddin Aibak, dkk, Jurnal Dinamika Penelitian vol 10 Nomor 2, Nopemper 2010 (artikel Realisasi Prinsip Kesantunan Dalam Interaksi Keluarga oleh M. Jazeri) Tulungagung : P3M STAIN Tulungagung, h. 180


Tidak ada komentar:

Posting Komentar