Rabu, 22 Februari 2017

Makalah Radio dan Televisi


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang berfungsi sebagai pemberi informasi kepada publik, atau dapat diartikan sebagai bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan elektronik.  Bahasa jurnalistik harus harus menggunakan bahasa baku, atau dengan kata lain harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selain itu, bahasa jurnalistik juga harus mudah dipahami oleh pembacanya, karena pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang sulit. Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau publik, jelas tidaknya informasi sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai. 
Jurnalistik media elektronik audiovisual, atau jurnalistik televisi siaran, merupakan gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal. Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat, efektif. Visual, lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas, hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas suara, dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima di rumah-rumah.
Dramatikal, berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatik yang dihasilkan oleh rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan. Aspek dramatik televisi inilah yang tidak dipunyai media massa radio dan surat kabar. Aspek dramatik televisi menggabungkan tiga kekuatan sekaligus: kekuatan gambar, suara dan kata-kata. Inilah yang disebut efek bersamaan dan efek simultan televisi.
Dengan aspek dramatik, seluruh pancaindra khayalak pemirsa bekerja secara optimal. Para pakar komunikasi kerap mengatakan, televisi memiliki daya hipnotis luar biasa, sehingga emosi dan prilaku khalayak dapat dengan mudah memindahkan peristiwa yang terjadi di dunia, ke ruang tidur atau ke ruang tamu pemirsa pada saat bersamaan (real time). Semua lengkap dengan emosi dan aspek-aspek psikologi lainnya.



B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi masalah dalam penulisan makalah ini adalah:
1.      Bagaimana bahasa jurnalistik di media radio?
2.      Apa ciri bahasa jurnalistik radio?
3.      Bagaimana radio sebagai medium?
4.      Apa karakter radio?
5.      Apa fungsi radio?
6.      Bagaimana sejarah televisi?
7.      Apa budaya televisi?
8.      Apa jenis-jenis berita televisi?
C.    Tujuan Penulisan
Berdasarkan  rumusan masalah  di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah  ini adalah sbb: “Untuk mengetahui fungsi bahasa jurnalistik dalam media radio dan televisi, kedudukan dan peran bahasa jurnalistik dalam memuat sebuah berita, tujuan dan fungsi bahasa jurnalistik, dan membuat agar media masa tertarik untuk mendengar dan melihat”.
D.    Manfaat Penulisan
Penulisan makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan kualitas seorang jurnalis dalam memuat sebuah berita.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Bahasa Jurnalistik di Media Radio
Perbedaan mendasar antara radio dan media cetak adalah dalam hal cara penyampaian pesannya. Media cetak lebih menitikberatkan pada penyampaian pesan melalui cetakan (Visual), sedangkan radio melalui pendengaran (Audio).
1.      Sifat Radio Siaran
Sifat radio siaran adalah auditif, untuk didengar. Karena hanya untuk didengar, maka isi siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sepintas lalu saja.
2.      Sifat Pendengar Radio
Pendengar adalah sasaran komunikasi massa media radio. Komunikasi dapat dikatakan efektif, apabila pendengar terpikat perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan kegiatan apa yang diinginkan si pembicara.
B.     Ciri Bahasa Jurnalistik Radio
  1. Tidak Mengenal “Kebenaran Reserve”
Berita dalam radio itu harus mengandung kebenaran yang tepat dan akurat. Hal ini mutlak karena sekali berita itu disiarkan, tidak mungkin diralat. Pendengar mungkin hanya mendengar ralatnya saja, tanpa pernah mendengar apa yang diralat. Atau kebalikannya, sehingga berita salah yang diralat dianggap suatu kebenaran.
  1. Obyektif
Suatu berita yang obyektif tentunya tidak memihak, tidak cacat, dan tidak diwarnai maksud-maksud tertentu. Sehingga hendaknya berita dalam diberikan sebagaimana adanya, tanpa maksud, dan tujuan tertentu.
  1. Bersusila
Radio ditujukan kepada semua pendengar dengan tidak memandang status sosialnya. Hal ini tentu akan membawa imajinasi yang berbeda pada setiap pendengarnya. Oleh sebab itu, hendaknya kesopanan dalam penuturan perlu dijaga.



Menurut Onong Uchajana Effendy (1978 : 91), ciri bahasa radio adalah:
  • Menggunakan kata-kata yang sederhana.
  • Menggunakan kata-kata yang lazim dipakai masyarakat.
  • Menggunakan kata-kata yang sopan.
  • Menggunakan susunan kalimat yang rapih.
  • Menggunakan susunan kalimat yang logis.
  • Bahasanya jelas.
  • KISS = Keep It Short & Simple
Jurnalistik media elektronik auditif atau jurnalistik radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal, teknologikal, dan fisikal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan menyusun kata, kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif. Teknologikal, berkaitan dengan teknologi yang memungkinka daya pancar radio dapat ditangkap dengan jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan tingkat kesehatan fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan mencerna setiap pesan kata atau kalimat yang disampaikan.
C.    Radio Sebagai Medium
Ketika sebuah peristiwa gempar terjadi, seperti pembunuhan presiden, gempa bumi,berita akan lebih cepat sampai bila disiarkan radio. Cetakan Koran dan majalah membutuhkan waktu. program radio mempunyai keluesan untuk segera mengudarakan bulletin pemberitaan. Pemberitaan radio memiliki standarisasi tertentu. Banyak radio di Indonesia, sejak reformasi yang telah menancapkan program pemberitaan atau siaran informasi sebagai daya jualnya.
Kelebihan radio, sebagai media massa, ada dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkannya punya nilai kesegeraan (immediacy) dan keluesannya (flexibility). Ia seakan dengan mudah berada di sekitar kita, pesan diantarkan melalui kecepatan transistor, dan sekelompok orang yang tak saling kenal (di mana pun ia berada) mendengarkannya. Kebanyakan program radio menyetel mata-mata acara yang terdiri dari musik rekaman, diselingi dengan berita, olahraga, talk shows, iklan komersial, dan materi-materi dramatik atau intelektual. Radio memiliki keampuhan tersendiri, dalam menembus masyarakat. Radio bukan hanya menyiarkan hal-hal yang bersifat hiburan, radio melayani fungsi penting penyebaran informasi.
Karena variasi acaranya, radio memberi hal-hal yang bersifat auditif kepada setiap orang. Para penduduk kota (urban) menyetel radio untuk mendapatkan laporan lalu lintas di jalanan kota, para petani untuk harga pangan, berbagai keluarga tentang kehidupan kotanya. Radio punya kecepatan lebih dibanding medium komunikasi lainnya dalam melayani materi informasinya.
D.    Karakter Radio
Beberapa ahli komunikasi massa dan praktisi radio, menyebutkan beberapa ciri radio sebagai salah satu medium komunikasi massa. Misalnya, reportase radio harus memperhatikan karakter auditif, yang berbeda dengan media cetak yang mengandalkan teks sebagai antaran pesan beritanya. Berikut ini adalah gambaran karakter radio menurut Suherman, sebagai sebuah medium jurnalistik.
1.      Bersifat Auditif
Dari radio, orang hanya bisa mendengar. Khalayak radio Cuma dapat “suara”. Tidak ada kata-kata tekstual yang bisa diulang-ulang pembacaannya. Sifat auditif ini memberi batasan tertentu pada pelaporan radio. Pemberitaan radio mesti langsung, dan tepat, dipahami pendengar. Orang tidak boleh kalang kabut mencerna apa yang diucapkan penyiar radio. Apalagi sampai salah menyebut fakta, seperti nama, tempat dan lain-lain.
Hal ini dikarenakan oleh ketidakmampuan radio untuk mengulang kembali apa yang sudah diberitakan. Sekali berita itu mengudara maka serentak, seketika, dan langsung pula menjadi isu atau opini masyarakat. Pada sisi ini pula, reportase radio memerlukan kapasitas suara yang jelas, jernih, tidak bias.
2.      Selintas
Pemberitaan radio punya daya jangkau yang seketika, langsung membekas di benak khalayak. Dalam kejapan waktu, orang langsung menyimpulkan apa yang terjadi. Berbagai fakta dan peristiwa yang dilaporkan langsung memberi gambaran apa yang terjadi. Akibatnya fatal bila terjadi kesalahan. Orang agak kesulitan merubah apa yang barusan di dengarnya. Pada sisi inilah, pemberitaan atau informasi radio dikemas dengan gaya keringkasan yang amat pendek, tegas dan menghindari bias.
3.      Imajinatif
Faktor imaji ini dibangun dari “suara-suara” yang disampaikan penyiar. Ketika penyiar menyampaikan sebuah kendaraan telah “nyemplung” ke dalam parit dan menunggu “derekan” mobil mengangkut ke pinggir jalan, maka bayangan pendengar dipenuhi oleh banyak gambaran kejadian yang terjadinya. Hal ini menyebabkan adanya daya pukau lain dari radio. Orang akan lebih terpaku saat mendengar berita radio.
4.      Daya dengar khalayak
Khalayak radio memiliki kendala psikologi sosial dalam menangkap pesan. Para pendengar mudah jenuh, bosan, dan mencari gelombag radio lain. Jurnalis radio harus menghindari redundansi dengan meningkatkan lebih banyak informasi yang berguna bagi khalayaknya. Pesan harus membuat khalayak terfokus pada elemen-elemen kunci dan materi yang tengah disiarkan dan juga menyertakan konsep-konsep kompleks, nama-nama tidak familiar, istilah-istilah yang harus dikenali khalayak seperti yang dikehendaki. Terutama dalam siaran langsung ”live”, bahasa “tutur” jurnalistik radio, walaupun tanpa teks, tanpa persiapan, muatan informasi harus dijaga.
Dari sisi persepsi pendengar, jurnalis kerap memperhitungkan siaran kata-kata informatifnya. Perlunya memperhitungkan tahap ambang batas atau “krisis” perhatian pendengar. Maka, percakapan yang dibangun lewat pembacaan teks kerap dihindari.
5.      Bahasa Berita Radio
Dunia radio adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan dunia media cetak (Koran, majalah). Dunia radio di antaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa percakapan, bukan bahasa teks yang dibaca, tapi bahasa audio yang didengar telinga. Maka, dibutuhkan keterampilan mengolah bahasa. Bagaimana mengolah bahasa untuk siaran bagi pendengar radio, bagaimana mengisahkan peristiwa dengan cara menarik, mengabarkan informasi, dan mengesankan kepada khalayak seolah berada di tengah peristiwa.
Tuggle dkk, menyampaikan beberapa karakteristik broadcast style:
·         Khalayak hanya mendapatkan satu kesempatan untuk memahami. Siaran berita radio harus merupakan berita yang mudah dicerna dalam satu kali dengar. Harus bisa ditangkap secara sambil-lalu.
·         Struktur pengisahannya berbeda. Penulisan naskah siaran tidak menggunakan gaya piramida terbalik. Di bagian akhir (bawah) dari sebuah berita siaran, penyiar justru menyajikan sesuatu yang paling penting ditangkap khalayak. Isinya berupa summary statement, inti ringkasan peristiwa.
·         Penulis naskah menggunakan nada percakapan. Yang ditulis di dalam naskah siaran, ialah untuk menceritakan kepada seseorang yang belum tahu persis kejadiannya dibanding penyiar. Naskah itu harus bisa mengimpresi pendengar, bukan membuat pendengar minder karena nada sok tahu penyiar. Jadi, harus bisa mengesankan pendengar tanpa terlihat ingin berkesan.
Supaya terhindar dari kesalahan atau guna mencapai target yang diharapkan, Maeseneer memberikan beberapa prinsip sebagai pedoman:
·         Bahasa Percakapan (it’s spoken)
·         Bahasa Langsung (it’s immediate)
·         Bahasa antar orang ke orang (it’s person to person)
·         Bahasa yang hanya bisa “didengar satu kali” (it’s heard only once).
Penyajian bahasa radio adalah keterampilan untuk memadukan kata-kata dengan imaji (citra) agar pendengar dapat segera dan tepat membayangkan apa-apa yang dibicarakan penyiar. Akurasi bahasa yang ringkas, efisien, teratur adalah hal penting yang ada dalam bahasa “teks” penyiar. Karenanya bahasa radio disusun agar tidak hambar, tidak usang, namun tetap memperhatikan bahasa yang dikenali masyarakatnya.
1.      Format Penyiaran
Format adalah kerangka kerja, konseptualisasi dari sebuah stasiun siaran. Format siaran radio merupakan variasi, sekaligus distributor, program siaran informasi, music dan iklan. Setiap radio merancang format siarannya untuk target-target tertentu, yaitu hiburan khalayak, peringkat rating, profesionalisme memproses informasi auditif, dan memasok persepsi masyarakat akan informasi tertentu, serta merebut perhatia khalayak.
Berbagai radio memiliki format penyiaran yang berbeda satu sama lainnya. Namun, umumnya sebagai berikut:
a.       Siaran informasi. Format ini dipakai oleh stasiun radio yang memakai informasi sebagai materi utama siarannya. Informasinya selalu diaktualisasikan, berdasarkan perkembangan peristiwa yang baru terjadi.
b.      Siaran musik-informasi. Format ini menekankan musik sebagai targetnya. Format siaran radio ini mengisi kebutuhan masyarakat akan hiburan lewat radio.
c.       Siaran informasi-musik. Siaran informasinya menyisipkan musik sebagai selingan, namun informasi sebagai target siarannya.
d.      Siaran musik. Format siaran radio ini mencirikan stasiun radio yang menekankan musik sebagai piranti utamanya.
2.      Proses Siaran
Ruang lingkup kajian jurnalisme radio, menurut Lozhnikova, meliputi beberapa hal, yang terdiri dari: materi siaran, tema, masalah, metode kerja jurnalis, bentuk-bentuk dialog dengan pendengar, serta penerimaan dan cara mempengaruhi pendengar.
Proses kerja jurnalis terbagi menjadi dua tahap, sebelum dan selama siaran. Ada perbedaan antara persiapan awal siaran dengan pelaksanaan siaran. Persiapan siaran adalah metode kerja yang telah lama berlaku di kalangan jurnalis radio, tapi pelaksanaan siaran adalah jenis baru jurnalisme radio modern. Proses ini tergantung pada teknologi. Pada dasarnya, proses siaran radio adalah sebagai berikut:
·         Perekaman suara
·         Montase perekamannya
·         Bacaan yang bersifat dokumentatif
·         Pengukuran terhadap kualitas auditif
·         Speech intercourse (penggabungan berbagai suara)
·         Pengontrolan.
E.     Fungsi Radio
Perkembangan teknologi radio akhirnya meningkatkan fungsi radio sebagai media jurnalisme. Jurnalisme radio bertugas melaporkan fakta-fakta. Juga, membuat estimasi, analisis, interpretasi terhadap berbagai fakta, berbagai peristiwa, dan fenomena. Singkatnya, jurnalisme radio membawahi fungsi-fungsi: informasi, analitis, dan dokumentari artistik.
·         Informasi: yang muncul dalam programa siaran-siaran informasi, laporan radio, ulasan radio, wawancara radio, dan peliputan radio, serta korespondensi radio (information radio-correspondence).
·         Analitis: yang menyajikan analisis-analisis melalui wawancara-radio, peliputan radio, korespondensi radio, ulasan-radio, surat-menyurat, ulasan terhadap surat-surat, percakapan radio (radio-conversation), komentar radio, diskusi radio, pembicaraan radio, investigasi jurnalistik radio.
·         Dokumentari-artistik: ialah komposisi-radio, sketsa-radio, esai-radio, dan radio-feuilleton.
F.     Sejarah Televisi
Televisi, merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884. Ia menemukan alat yang disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi elektris.
1.      Perkembangan Televisi
Gambar dan kata-kata merupakan hal penting dalam jurnalisme televisi. Kamera menjadi mata pemirsa dalam melihat kejadian. Televisi merupakan media massa paling hebat dibanding semua pendahulunya. Televisi tidak mengenal batas. Televisi adalah fenomena yang muncul dari fenomena gelombang kemajuan abad ke-20, di dalam penyempurnaan teknologi. Televisi melipatgandakan efek media dalam menjalankan tugas, memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan bimbingan.
2.      Imaji Visual
Kelebihan televisi, selain menjadi tempat orang menerima kebenaran dan akurasi informasi, ialah menjadi penyampaian nilai-nilai atraktif kepada sejumlah besar orang, secara serentak dan luas, melalui hitungan bisnis media yang menguntungkan.
3.      Generasi Televisi
Televisi generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Di sini sinar pantul setelah melewati sistem lensa akan terbentuk gambar proyeksi hitam putih. Dalam perkembangan selanjutnya, sinar pantul setelah melewati sistem lensa, disalurkan sebuah prisma sehingga terbentuklah tiga warna dasar, yakni merah, hijau, biru. Inilah yang akan menghasilkan gambar proyeksi berwarna di layar televisi.
Televisi geberasi kedua adalah televisi warna. Selanjutnya televisi generasi ketiga adalah High Definition TV (HDTV). Televisi generasi ketiga inilah yang menjamin kesempurnaan tontonan. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki sistem HDTV maka televisi di masa depan akan mampu memberikan kepuasan lebih kepada masyarakat.
4.      Program Siaran
Program siaran di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan. Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi sendiri semua program siarannya. Mereka hanya membeli atau memesan dari production company yakni kalau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan production house. Cara seperti ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Di Indonesia kecenderungan televisi swasta sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Berbeda dengan TVRI, stasiun televisi milik pemerintah tersebut memang memiliki latar belakang sejarah yang spesifik. TVRI harus memproduksi acaranya sendiri sekaligus menayangkannya.
5.      Reporter
Reporter adalah sebutan bagi salah satu profesi yang digunakan dalam bisnis media massa. Sebutan ini di Indonesia lebih dispesifikasikan untuk radio dan televisi. Sedangkan bagi media massa cetak cenderung menggunakan sebutan wartawan. Reporter televisi juga berfungsi sebagai produser untuk liputan yang ia lakukan.
6.      Nilai dan Kualitas Berita
Mencher, membaginya ke dalam tujuh berita:
·         Timeless: kesegeraan waktu. peristiwa yang baru-baru ini terjadi atau aktual.
·         Impact: suatu kejadian yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak.
·         Prominence: suatu kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun lembaga.
·         Proximity: suatu peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun emosional.
·         Conflic: suatu peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang, masyarakat, atau lembaga.
·         The Unusual: sesuatu kejadia atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari pengalaman sehari-hari.
·         The Currency: hal-hal yang sedang menjadi pembicaraan orang banyak.
Charnley lebih menyoroti aspek kualitas berita, ada beberapa standar yang dipakai untuk mengukur kualitas berita:
·         Accurate: sebelum berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya.
·         Properly attributed: semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan kesaksian atau informasi tentang yang diberitakan.
·         Balanced and fair: semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.
·         Objective: penulis berita harus objektiv sesuai dengan informasi yang didapat dari realtias, fakta dan narasumber.
·         Brief and focused: materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung.
·         Well written: kisah beritanya jelas langsung dan menarik.
G.    Budaya Televisi
Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser dominasi budaya tulis. Neil postman, berbicara mengenai kemerosotan zaman mesin cetak dan kebangkitan zaman televisi. Jerry Mander mengatakan televisi harus dimusnahkan, menurutnya televisi tidak akan pernah mungkin menjadi baik, karena teknologi itu tidak netral, melainkan dengan sendirinya menghasilkan kemerosotan kebudayaan. George Orwell meramalkan, televisi akan membuat dunia menjadi semacam penjara. Karena semua akan dikontrol oleh seorang penguasa melalui alat-alat elektronis.
  1. Pengaruh Buruk Televisi
Dalam sejarah media kita dapat melihat bahwa dengan adanya teknologi baru, tidak berarti teknologi lama disingkirkan, melainkan teknologi lama hidup terus berdampingan dengan teknologi baru. Masyarakat Indonesia termasuk dalam kategori view society, yakni suatu keadaan dimana kegiatan menonton lebih ditonjolkan dibanding lainnya. Seperti kata Jerry Mander masyarakat sulit diajak berfikir, mereka lebih senang diberi hiburan.
  1. Antara Jurnalistik Cetak dan Televisi
Pada saat bisnis pertelevisian belum berkembang, orientasi mahasiswa lebih mengarah kepada media cetak. Zaman bergulir, sejak industri televisi berkembang orientasi mahasiswa pun berubah, tidak hanya melirik peluang kerja di media cetak tapi juga televisi. Jika sebelumnya mereka berbondong-bondong ingin terjun ke wilayah media cetak, kini mereka sudah melirik ke media elektronik, yakni radio dan televisi.
  1. Karakteristik Jurnalistik Televisi
a.       Penampilan Anchor (Penyaji Berita). Anchor , yang memiliki integritas dan smart , mampu menghipnotis penonton untuk memelototi tayangan berita. Penampilan anchor, yang santai, bersahabat dan komunikatif mampu membuat penonton antusias untuk mengikuti tayangan berita.
b.      Narasumber. Jika mendengar narasumber langsung menuturkan kesaksiannya tentang suatu kejadian maka khalayak mendapatkan keouasan tersendiri.
c.       Bahasa Jurnalistik Televisi:
·         Bahasa Formal dan Bahasa Informal.
·         Ragam Bahasa Penyiaran.
H.    Jenis-Jenis Berita Televisi
  1. Karya Artistik yang tergolong ke dalam karya artistik adalah: film, sinetron, pagelaran music, tari, pantomin, lawak, sirkus, teater, acara keagamaan, variety show, kuis, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum, iklan.
  2. Karya Jurnalistik
·         Berita aktual yang bersifat timeconcern
·         Berita nonaktual yang bersifat timeless
·         Penjelasan yang bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya.
  1. Jenis-jenis Berita Televisi, menurut Onong U. Effendy:
·         Warta Berita (Straight Newscast)
·         Pandangan Mata (On The Spot Telecast)
·         Wawancara Udara (Interview On the Air)
·         Komentar (commentary).
Jenis-jenis berita televisi Menurut, JB Wahyudi:
1.      Berita Terkini
  • Berita langsung (straight news) untuk berita kuat (hard/spot/soft/news).
  • Berita mendalam (indepth news)
2.      Berita Berkala
  • Laporan eksploratif
  • Laporan khas (feature)
  • Berita analisis
  • Human interest
  • Majalah udara (gabungan beberapa jenis dan bentuk berita).
BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kelebihan radio, sebagai media massa, ada dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkannya punya nilai kesegeraan (immediacy) dan keluesannya (flexibility). Ia seakan dengan mudah berada di sekitar kita, pesan diantarkan melalui kecepatan transistor, dan sekelompok orang yang tak saling kenal (di mana pun ia berada) mendengarkannya. Kebanyakan program radio menyetel mata-mata acara yang terdiri dari musik rekaman, diselingi dengan berita, olahraga, talk shows, iklan komersial, dan materi-materi dramatik atau intelektual. Radio memiliki keampuhan tersendiri, dalam menembus masyarakat. Radio bukan hanya menyiarkan hal-hal yang bersifat hiburan, radio melayani fungsi penting penyebaran informasi.
Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu menggeser dominasi budaya tulis. Neil postman, berbicara mengenai kemerosotan zaman mesin cetak dan kebangkitan zaman televisi. Jerry Mander mengatakan televisi harus dimusnahkan, menurutnya televisi tidak akan pernah mungkin menjadi baik, karena teknologi itu tidak netral, melainkan dengan sendirinya menghasilkan kemerosotan kebudayaan. George Orwell meramalkan, televisi akan membuat dunia menjadi semacam penjara. Karena semua akan dikontrol oleh seorang penguasa melalui alat-alat elektronis.
B.     Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan. Oleh karena itu kami mengharap kepada segenap pembaca yang budiman untuk memberikan masukan baik berupa kritik maupun saran, baik secara lisan mapun secara tertulis. Kami akan dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga makalah ini menjadi manfaat. Amin.



DAFTAR PUSTAKA




1 komentar:

  1. Halo semuanya,
    Saya Mr Mohammad Gandi pemberi pinjaman swasta yang memberikan kesempatan seumur hidup untuk semua jenis pinjaman. Apakah Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk membayar kembali utang Anda atau apakah Anda memerlukan pinjaman modal untuk meningkatkan bisnis Anda? Apakah Anda ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Apakah Anda membutuhkan konsolidasi atau pinjaman hipotek? Kami meminjam uang kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan keuangan, yang memiliki kredit macet atau yang membutuhkan uang untuk membayar tagihan dan berinvestasi dalam bisnis dengan suku bunga rendah 2% dengan syarat dan ketentuan yang jelas dan dapat dimengerti. 100% Dijamin.

    Kirimi kami email ke: (pattersonnullloanfirm@gmail.com) untuk mendaftar

    BalasHapus