BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Bahasa jurnalistik adalah bahasa komunikasi massa yang
berfungsi sebagai pemberi informasi kepada publik, atau dapat diartikan sebagai
bahasa komunikasi pengantar pemberitaan yang biasa digunakan media cetak dan
elektronik. Bahasa jurnalistik harus harus menggunakan bahasa baku, atau
dengan kata lain harus sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Selain
itu, bahasa jurnalistik juga harus mudah dipahami oleh pembacanya, karena
pembaca tidak punya cukup banyak waktu untuk memahami kata-kata yang
sulit. Bahasa merupakan sarana
untuk menyampaikan informasi kepada khalayak atau publik, jelas tidaknya
informasi sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang dipakai.
Jurnalistik
media elektronik audiovisual, atau jurnalistik televisi siaran, merupakan
gabungan dari segi verbal, visual, teknologikal, dan dimensi dramatikal.
Verbal, berhubungan dengan kata-kata yang disusun secara singkat, padat,
efektif. Visual, lebih banyak menekankan pada bahasa gambar yang tajam, jelas,
hidup, memikat. Teknologikal, berkaitan dengan daya jangkau siaran, kualitas
suara, dan gambar yang dihasilkan serta diterima oleh pesawat televisi penerima
di rumah-rumah.
Dramatikal,
berarti bersinggungan dengan aspek serta nilai dramatik yang dihasilkan oleh
rangkaian gambar yang dihasilkan secara simultan. Aspek dramatik televisi
inilah yang tidak dipunyai media massa radio dan surat kabar. Aspek dramatik
televisi menggabungkan tiga kekuatan sekaligus: kekuatan gambar, suara dan
kata-kata. Inilah yang disebut efek bersamaan dan efek simultan televisi.
Dengan aspek
dramatik, seluruh pancaindra khayalak pemirsa bekerja secara optimal. Para
pakar komunikasi kerap mengatakan, televisi memiliki daya hipnotis luar biasa,
sehingga emosi dan prilaku khalayak dapat dengan mudah memindahkan peristiwa
yang terjadi di dunia, ke ruang tidur atau ke ruang tamu pemirsa pada saat
bersamaan (real time). Semua lengkap dengan emosi dan aspek-aspek psikologi
lainnya.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut maka yang menjadi masalah dalam penulisan makalah
ini adalah:
1. Bagaimana
bahasa jurnalistik di media radio?
2. Apa
ciri bahasa jurnalistik radio?
3. Bagaimana
radio sebagai medium?
4. Apa
karakter radio?
5. Apa
fungsi radio?
6. Bagaimana
sejarah televisi?
7. Apa
budaya televisi?
8. Apa
jenis-jenis berita televisi?
C.
Tujuan
Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah
sbb: “Untuk mengetahui fungsi bahasa jurnalistik dalam media radio dan televisi,
kedudukan dan peran bahasa jurnalistik dalam memuat sebuah berita, tujuan dan
fungsi bahasa jurnalistik, dan membuat agar media masa tertarik untuk mendengar
dan melihat”.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan
makalah ini di harapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik secara
langsung maupun secara tidak langsung dalam upaya meningkatkan kualitas seorang
jurnalis dalam memuat sebuah berita.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Bahasa
Jurnalistik di Media Radio
Perbedaan
mendasar antara radio dan media cetak adalah dalam hal cara penyampaian
pesannya. Media cetak lebih menitikberatkan pada penyampaian pesan melalui
cetakan (Visual), sedangkan radio melalui pendengaran (Audio).
1. Sifat
Radio Siaran
Sifat radio
siaran adalah auditif, untuk didengar. Karena hanya untuk didengar, maka isi
siaran yang sampai ke telinga pendengar hanya sepintas lalu saja.
2. Sifat
Pendengar Radio
Pendengar adalah sasaran komunikasi massa media
radio. Komunikasi dapat dikatakan efektif, apabila pendengar terpikat
perhatiannya, tertarik terus minatnya, mengerti, tergerak hatinya dan melakukan
kegiatan apa yang diinginkan si pembicara.
B.
Ciri
Bahasa Jurnalistik Radio
- Tidak
Mengenal “Kebenaran Reserve”
Berita dalam
radio itu harus mengandung kebenaran yang tepat dan akurat. Hal ini mutlak
karena sekali berita itu disiarkan, tidak mungkin diralat. Pendengar mungkin
hanya mendengar ralatnya saja, tanpa pernah mendengar apa yang diralat. Atau
kebalikannya, sehingga berita salah yang diralat dianggap suatu kebenaran.
- Obyektif
Suatu berita
yang obyektif tentunya tidak memihak, tidak cacat, dan tidak diwarnai
maksud-maksud tertentu. Sehingga hendaknya berita dalam diberikan sebagaimana
adanya, tanpa maksud, dan tujuan tertentu.
- Bersusila
Radio ditujukan
kepada semua pendengar dengan tidak memandang status sosialnya. Hal ini tentu
akan membawa imajinasi yang berbeda pada setiap pendengarnya. Oleh sebab itu,
hendaknya kesopanan dalam penuturan perlu dijaga.
Menurut Onong Uchajana Effendy
(1978 : 91), ciri bahasa radio adalah:
- Menggunakan
kata-kata yang sederhana.
- Menggunakan
kata-kata yang lazim dipakai masyarakat.
- Menggunakan
kata-kata yang sopan.
- Menggunakan
susunan kalimat yang rapih.
- Menggunakan
susunan kalimat yang logis.
- Bahasanya
jelas.
- KISS
= Keep It Short & Simple
Jurnalistik media elektronik auditif atau
jurnalistik radio siaran, lebih banyak dipengaruhi dimensi verbal,
teknologikal, dan fisikal. Verbal, berhubungan dengan kemampuan menyusun kata,
kalimat, dan paragraf secara efektif dan komunikatif. Teknologikal, berkaitan
dengan teknologi yang memungkinka daya pancar radio dapat ditangkap dengan
jelas dan jernih oleh pesawat radio penerima. Fisikal, erat kaitannya dengan
tingkat kesehatan fisik dan kemampuan pendengaran khalayak dalam menyerap dan
mencerna setiap pesan kata atau kalimat yang disampaikan.
C.
Radio
Sebagai Medium
Ketika sebuah
peristiwa gempar terjadi, seperti pembunuhan presiden, gempa bumi,berita akan
lebih cepat sampai bila disiarkan radio. Cetakan Koran dan majalah membutuhkan
waktu. program radio mempunyai keluesan untuk segera mengudarakan bulletin
pemberitaan. Pemberitaan radio memiliki standarisasi tertentu. Banyak radio di
Indonesia, sejak reformasi yang telah menancapkan program pemberitaan atau
siaran informasi sebagai daya jualnya.
Kelebihan radio,
sebagai media massa, ada dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkannya
punya nilai kesegeraan (immediacy) dan keluesannya (flexibility). Ia seakan
dengan mudah berada di sekitar kita, pesan diantarkan melalui kecepatan
transistor, dan sekelompok orang yang tak saling kenal (di mana pun ia berada)
mendengarkannya. Kebanyakan program radio menyetel mata-mata acara yang terdiri
dari musik rekaman, diselingi dengan berita, olahraga, talk shows, iklan
komersial, dan materi-materi dramatik atau intelektual. Radio memiliki
keampuhan tersendiri, dalam menembus masyarakat. Radio bukan hanya menyiarkan
hal-hal yang bersifat hiburan, radio melayani fungsi penting penyebaran
informasi.
Karena variasi acaranya, radio memberi hal-hal yang
bersifat auditif kepada setiap orang. Para penduduk kota (urban) menyetel radio
untuk mendapatkan laporan lalu lintas di jalanan kota, para petani untuk harga
pangan, berbagai keluarga tentang kehidupan kotanya. Radio punya kecepatan
lebih dibanding medium komunikasi lainnya dalam melayani materi informasinya.
D.
Karakter
Radio
Beberapa ahli
komunikasi massa dan praktisi radio, menyebutkan beberapa ciri radio sebagai
salah satu medium komunikasi massa. Misalnya, reportase radio harus
memperhatikan karakter auditif, yang berbeda dengan media cetak yang
mengandalkan teks sebagai antaran pesan beritanya. Berikut ini adalah gambaran
karakter radio menurut Suherman, sebagai sebuah medium jurnalistik.
1. Bersifat
Auditif
Dari radio,
orang hanya bisa mendengar. Khalayak radio Cuma dapat “suara”. Tidak ada
kata-kata tekstual yang bisa diulang-ulang pembacaannya. Sifat auditif ini
memberi batasan tertentu pada pelaporan radio. Pemberitaan radio mesti
langsung, dan tepat, dipahami pendengar. Orang tidak boleh kalang kabut
mencerna apa yang diucapkan penyiar radio. Apalagi sampai salah menyebut fakta,
seperti nama, tempat dan lain-lain.
Hal ini
dikarenakan oleh ketidakmampuan radio untuk mengulang kembali apa yang sudah
diberitakan. Sekali berita itu mengudara maka serentak, seketika, dan langsung
pula menjadi isu atau opini masyarakat. Pada sisi ini pula, reportase radio
memerlukan kapasitas suara yang jelas, jernih, tidak bias.
2. Selintas
Pemberitaan
radio punya daya jangkau yang seketika, langsung membekas di benak khalayak.
Dalam kejapan waktu, orang langsung menyimpulkan apa yang terjadi. Berbagai
fakta dan peristiwa yang dilaporkan langsung memberi gambaran apa yang terjadi.
Akibatnya fatal bila terjadi kesalahan. Orang agak kesulitan merubah apa yang
barusan di dengarnya. Pada sisi inilah, pemberitaan atau informasi radio
dikemas dengan gaya keringkasan yang amat pendek, tegas dan menghindari bias.
3. Imajinatif
Faktor imaji ini
dibangun dari “suara-suara” yang disampaikan penyiar. Ketika penyiar
menyampaikan sebuah kendaraan telah “nyemplung” ke dalam parit dan menunggu
“derekan” mobil mengangkut ke pinggir jalan, maka bayangan pendengar dipenuhi
oleh banyak gambaran kejadian yang terjadinya. Hal ini menyebabkan adanya daya
pukau lain dari radio. Orang akan lebih terpaku saat mendengar berita radio.
4. Daya
dengar khalayak
Khalayak radio
memiliki kendala psikologi sosial dalam menangkap pesan. Para pendengar mudah
jenuh, bosan, dan mencari gelombag radio lain. Jurnalis radio harus menghindari
redundansi dengan meningkatkan lebih banyak informasi yang berguna bagi
khalayaknya. Pesan harus membuat khalayak terfokus pada elemen-elemen kunci dan
materi yang tengah disiarkan dan juga menyertakan konsep-konsep kompleks,
nama-nama tidak familiar, istilah-istilah yang harus dikenali khalayak seperti
yang dikehendaki. Terutama dalam siaran langsung ”live”, bahasa “tutur”
jurnalistik radio, walaupun tanpa teks, tanpa persiapan, muatan informasi harus
dijaga.
Dari sisi
persepsi pendengar, jurnalis kerap memperhitungkan siaran kata-kata
informatifnya. Perlunya memperhitungkan tahap ambang batas atau “krisis”
perhatian pendengar. Maka, percakapan yang dibangun lewat pembacaan teks kerap
dihindari.
5. Bahasa
Berita Radio
Dunia radio
adalah dunia siaran. Dunia siaran berbeda dengan dunia media cetak (Koran,
majalah). Dunia radio di antaranya mengenali bahasa siaran sebagai bahasa
percakapan, bukan bahasa teks yang dibaca, tapi bahasa audio yang didengar
telinga. Maka, dibutuhkan keterampilan mengolah bahasa. Bagaimana mengolah
bahasa untuk siaran bagi pendengar radio, bagaimana mengisahkan peristiwa
dengan cara menarik, mengabarkan informasi, dan mengesankan kepada khalayak seolah
berada di tengah peristiwa.
Tuggle dkk,
menyampaikan beberapa karakteristik broadcast style:
·
Khalayak hanya
mendapatkan satu kesempatan untuk memahami. Siaran berita radio harus merupakan
berita yang mudah dicerna dalam satu kali dengar. Harus bisa ditangkap secara
sambil-lalu.
·
Struktur pengisahannya
berbeda. Penulisan naskah siaran tidak menggunakan gaya piramida terbalik. Di
bagian akhir (bawah) dari sebuah berita siaran, penyiar justru menyajikan
sesuatu yang paling penting ditangkap khalayak. Isinya berupa summary statement,
inti ringkasan peristiwa.
·
Penulis naskah
menggunakan nada percakapan. Yang ditulis di dalam naskah siaran, ialah untuk
menceritakan kepada seseorang yang belum tahu persis kejadiannya dibanding
penyiar. Naskah itu harus bisa mengimpresi pendengar, bukan membuat pendengar
minder karena nada sok tahu penyiar. Jadi, harus bisa mengesankan pendengar
tanpa terlihat ingin berkesan.
Supaya terhindar
dari kesalahan atau guna mencapai target yang diharapkan, Maeseneer memberikan
beberapa prinsip sebagai pedoman:
·
Bahasa Percakapan (it’s
spoken)
·
Bahasa Langsung (it’s
immediate)
·
Bahasa antar orang ke
orang (it’s person to person)
·
Bahasa yang hanya bisa
“didengar satu kali” (it’s heard only once).
Penyajian bahasa
radio adalah keterampilan untuk memadukan kata-kata dengan imaji (citra) agar
pendengar dapat segera dan tepat membayangkan apa-apa yang dibicarakan penyiar.
Akurasi bahasa yang ringkas, efisien, teratur adalah hal penting yang ada dalam
bahasa “teks” penyiar. Karenanya bahasa radio disusun agar tidak hambar, tidak usang,
namun tetap memperhatikan bahasa yang dikenali masyarakatnya.
1. Format
Penyiaran
Format adalah
kerangka kerja, konseptualisasi dari sebuah stasiun siaran. Format siaran radio
merupakan variasi, sekaligus distributor, program siaran informasi, music dan
iklan. Setiap radio merancang format siarannya untuk target-target tertentu,
yaitu hiburan khalayak, peringkat rating, profesionalisme memproses informasi
auditif, dan memasok persepsi masyarakat akan informasi tertentu, serta merebut
perhatia khalayak.
Berbagai radio
memiliki format penyiaran yang berbeda satu sama lainnya. Namun, umumnya
sebagai berikut:
a. Siaran
informasi. Format ini dipakai oleh stasiun radio yang memakai informasi sebagai
materi utama siarannya. Informasinya selalu diaktualisasikan, berdasarkan
perkembangan peristiwa yang baru terjadi.
b. Siaran
musik-informasi. Format ini menekankan musik sebagai targetnya. Format siaran
radio ini mengisi kebutuhan masyarakat akan hiburan lewat radio.
c. Siaran
informasi-musik. Siaran informasinya menyisipkan musik sebagai selingan, namun
informasi sebagai target siarannya.
d. Siaran
musik. Format siaran radio ini mencirikan stasiun radio yang menekankan musik
sebagai piranti utamanya.
2. Proses
Siaran
Ruang lingkup
kajian jurnalisme radio, menurut Lozhnikova, meliputi beberapa hal, yang
terdiri dari: materi siaran, tema, masalah, metode kerja jurnalis,
bentuk-bentuk dialog dengan pendengar, serta penerimaan dan cara mempengaruhi
pendengar.
Proses kerja
jurnalis terbagi menjadi dua tahap, sebelum dan selama siaran. Ada perbedaan
antara persiapan awal siaran dengan pelaksanaan siaran. Persiapan siaran adalah
metode kerja yang telah lama berlaku di kalangan jurnalis radio, tapi
pelaksanaan siaran adalah jenis baru jurnalisme radio modern. Proses ini
tergantung pada teknologi. Pada dasarnya, proses siaran radio adalah sebagai
berikut:
·
Perekaman suara
·
Montase perekamannya
·
Bacaan yang bersifat
dokumentatif
·
Pengukuran terhadap
kualitas auditif
·
Speech intercourse (penggabungan
berbagai suara)
·
Pengontrolan.
E.
Fungsi
Radio
Perkembangan
teknologi radio akhirnya meningkatkan fungsi radio sebagai media jurnalisme.
Jurnalisme radio bertugas melaporkan fakta-fakta. Juga, membuat estimasi,
analisis, interpretasi terhadap berbagai fakta, berbagai peristiwa, dan
fenomena. Singkatnya, jurnalisme radio membawahi fungsi-fungsi: informasi,
analitis, dan dokumentari artistik.
·
Informasi: yang muncul
dalam programa siaran-siaran informasi, laporan radio, ulasan radio, wawancara
radio, dan peliputan radio, serta korespondensi radio (information
radio-correspondence).
·
Analitis: yang
menyajikan analisis-analisis melalui wawancara-radio, peliputan radio,
korespondensi radio, ulasan-radio, surat-menyurat, ulasan terhadap surat-surat,
percakapan radio (radio-conversation), komentar radio, diskusi radio,
pembicaraan radio, investigasi jurnalistik radio.
·
Dokumentari-artistik:
ialah komposisi-radio, sketsa-radio, esai-radio, dan radio-feuilleton.
F.
Sejarah
Televisi
Televisi, merupakan perkembangan medium berikutnya
setelah radio yang ditemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio
visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian adalah Paul Nipkow dari
Jerman pada tahun 1884. Ia menemukan alat yang disebut sebagai Jantra Nipkow
atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau
televisi elektris.
1. Perkembangan
Televisi
Gambar dan
kata-kata merupakan hal penting dalam jurnalisme televisi. Kamera menjadi mata
pemirsa dalam melihat kejadian. Televisi merupakan media massa paling hebat
dibanding semua pendahulunya. Televisi tidak mengenal batas. Televisi adalah
fenomena yang muncul dari fenomena gelombang kemajuan abad ke-20, di dalam
penyempurnaan teknologi. Televisi melipatgandakan efek media dalam menjalankan
tugas, memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan bimbingan.
2. Imaji
Visual
Kelebihan
televisi, selain menjadi tempat orang menerima kebenaran dan akurasi informasi,
ialah menjadi penyampaian nilai-nilai atraktif kepada sejumlah besar orang,
secara serentak dan luas, melalui hitungan bisnis media yang menguntungkan.
3. Generasi
Televisi
Televisi
generasi pertama adalah televisi hitam-putih. Di sini sinar pantul setelah
melewati sistem lensa akan terbentuk gambar proyeksi hitam putih. Dalam
perkembangan selanjutnya, sinar pantul setelah melewati sistem lensa, disalurkan
sebuah prisma sehingga terbentuklah tiga warna dasar, yakni merah, hijau, biru.
Inilah yang akan menghasilkan gambar proyeksi berwarna di layar televisi.
Televisi
geberasi kedua adalah televisi warna. Selanjutnya televisi generasi ketiga
adalah High Definition TV (HDTV). Televisi generasi ketiga inilah yang menjamin
kesempurnaan tontonan. Dengan berbagai kelebihan yang dimiliki sistem HDTV maka
televisi di masa depan akan mampu memberikan kepuasan lebih kepada masyarakat.
4. Program
Siaran
Program siaran
di Indonesia pada umumnya di produksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.
Di Amerika sebuah stasiun televisi tidak memproduksi sendiri semua program
siarannya. Mereka hanya membeli atau memesan dari production company yakni
kalau di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan production house. Cara seperti
ini akan lebih menguntungkan kedua belah pihak. Di Indonesia kecenderungan
televisi swasta sudah mulai mengarah kepada sistem di Amerika. Ini dimulai dari
garapan-garapan sinetron, kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Berbeda
dengan TVRI, stasiun televisi milik pemerintah tersebut memang memiliki latar
belakang sejarah yang spesifik. TVRI harus memproduksi acaranya sendiri
sekaligus menayangkannya.
5. Reporter
Reporter adalah
sebutan bagi salah satu profesi yang digunakan dalam bisnis media massa.
Sebutan ini di Indonesia lebih dispesifikasikan untuk radio dan televisi.
Sedangkan bagi media massa cetak cenderung menggunakan sebutan wartawan.
Reporter televisi juga berfungsi sebagai produser untuk liputan yang ia
lakukan.
6. Nilai
dan Kualitas Berita
Mencher, membaginya
ke dalam tujuh berita:
·
Timeless: kesegeraan
waktu. peristiwa yang baru-baru ini terjadi atau aktual.
·
Impact: suatu kejadian
yang dapat memberikan dampak terhadap orang banyak.
·
Prominence: suatu
kejadian yang mengandung nilai keagungan bagi seseorang maupun lembaga.
·
Proximity: suatu
peristiwa yang ada kedekatannya dengan seseorang, baik secara geografis maupun
emosional.
·
Conflic: suatu
peristiwa atau kejadian yang mengandung pertentangan antara seseorang,
masyarakat, atau lembaga.
·
The Unusual: sesuatu
kejadia atau peristiwa yang tidak biasanya terjadi dan merupakan pengecualian dari
pengalaman sehari-hari.
·
The Currency: hal-hal
yang sedang menjadi pembicaraan orang banyak.
Charnley
lebih menyoroti aspek kualitas berita, ada beberapa standar yang dipakai untuk
mengukur kualitas berita:
·
Accurate: sebelum
berita itu disebarluaskan harus dicek dulu ketepatannya.
·
Properly attributed:
semua saksi atau narasumber harus punya kapabilitas untuk memberikan kesaksian
atau informasi tentang yang diberitakan.
·
Balanced and fair:
semua narasumber harus digali informasinya secara seimbang.
·
Objective: penulis
berita harus objektiv sesuai dengan informasi yang didapat dari realtias, fakta
dan narasumber.
·
Brief and focused:
materi berita disusun secara ringkas, padat dan langsung.
·
Well written: kisah
beritanya jelas langsung dan menarik.
G.
Budaya
Televisi
Lahirnya budaya
televisi (audiovisual) memang mampu menggeser dominasi budaya tulis. Neil
postman, berbicara mengenai kemerosotan zaman mesin cetak dan kebangkitan zaman
televisi. Jerry Mander mengatakan televisi harus dimusnahkan, menurutnya
televisi tidak akan pernah mungkin menjadi baik, karena teknologi itu tidak
netral, melainkan dengan sendirinya menghasilkan kemerosotan kebudayaan. George
Orwell meramalkan, televisi akan membuat dunia menjadi semacam penjara. Karena
semua akan dikontrol oleh seorang penguasa melalui alat-alat elektronis.
- Pengaruh
Buruk Televisi
Dalam sejarah
media kita dapat melihat bahwa dengan adanya teknologi baru, tidak berarti
teknologi lama disingkirkan, melainkan teknologi lama hidup terus berdampingan
dengan teknologi baru. Masyarakat Indonesia termasuk dalam kategori view
society, yakni suatu keadaan dimana kegiatan menonton lebih ditonjolkan
dibanding lainnya. Seperti kata Jerry Mander masyarakat sulit diajak berfikir,
mereka lebih senang diberi hiburan.
- Antara
Jurnalistik Cetak dan Televisi
Pada saat bisnis
pertelevisian belum berkembang, orientasi mahasiswa lebih mengarah kepada media
cetak. Zaman bergulir, sejak industri televisi berkembang orientasi mahasiswa
pun berubah, tidak hanya melirik peluang kerja di media cetak tapi juga televisi.
Jika sebelumnya mereka berbondong-bondong ingin terjun ke wilayah media cetak,
kini mereka sudah melirik ke media elektronik, yakni radio dan televisi.
- Karakteristik
Jurnalistik Televisi
a. Penampilan
Anchor (Penyaji Berita). Anchor , yang memiliki integritas dan smart , mampu
menghipnotis penonton untuk memelototi tayangan berita. Penampilan anchor, yang
santai, bersahabat dan komunikatif mampu membuat penonton antusias untuk
mengikuti tayangan berita.
b. Narasumber.
Jika mendengar narasumber langsung menuturkan kesaksiannya tentang suatu
kejadian maka khalayak mendapatkan keouasan tersendiri.
c. Bahasa
Jurnalistik Televisi:
·
Bahasa Formal dan
Bahasa Informal.
·
Ragam Bahasa Penyiaran.
H.
Jenis-Jenis
Berita Televisi
- Karya
Artistik yang tergolong ke dalam karya artistik adalah: film, sinetron,
pagelaran music, tari, pantomin, lawak, sirkus, teater, acara keagamaan,
variety show, kuis, ilmu pengetahuan dan teknologi, penerangan umum,
iklan.
- Karya
Jurnalistik
·
Berita aktual yang
bersifat timeconcern
·
Berita nonaktual yang
bersifat timeless
·
Penjelasan yang
bersifat aktual atau sedang hangat-hangatnya.
- Jenis-jenis
Berita Televisi, menurut Onong U. Effendy:
·
Warta Berita (Straight
Newscast)
·
Pandangan Mata (On The
Spot Telecast)
·
Wawancara Udara
(Interview On the Air)
·
Komentar (commentary).
Jenis-jenis
berita televisi Menurut, JB Wahyudi:
1. Berita
Terkini
- Berita
langsung (straight news) untuk berita kuat (hard/spot/soft/news).
- Berita
mendalam (indepth news)
2. Berita
Berkala
- Laporan
eksploratif
- Laporan
khas (feature)
- Berita
analisis
- Human
interest
- Majalah
udara (gabungan beberapa jenis dan bentuk berita).
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kelebihan radio,
sebagai media massa, ada dalam hal daya tembus. Informasi yang disiarkannya
punya nilai kesegeraan (immediacy) dan keluesannya (flexibility). Ia seakan
dengan mudah berada di sekitar kita, pesan diantarkan melalui kecepatan
transistor, dan sekelompok orang yang tak saling kenal (di mana pun ia berada)
mendengarkannya. Kebanyakan program radio menyetel mata-mata acara yang terdiri
dari musik rekaman, diselingi dengan berita, olahraga, talk shows, iklan
komersial, dan materi-materi dramatik atau intelektual. Radio memiliki
keampuhan tersendiri, dalam menembus masyarakat. Radio bukan hanya menyiarkan
hal-hal yang bersifat hiburan, radio melayani fungsi penting penyebaran
informasi.
Lahirnya budaya televisi (audiovisual) memang mampu
menggeser dominasi budaya tulis. Neil postman, berbicara mengenai kemerosotan
zaman mesin cetak dan kebangkitan zaman televisi. Jerry Mander mengatakan televisi
harus dimusnahkan, menurutnya televisi tidak akan pernah mungkin menjadi baik,
karena teknologi itu tidak netral, melainkan dengan sendirinya menghasilkan
kemerosotan kebudayaan. George Orwell meramalkan, televisi akan membuat dunia
menjadi semacam penjara. Karena semua akan dikontrol oleh seorang penguasa
melalui alat-alat elektronis.
B.
Saran
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
banyak kekurangan dan masih banyak memerlukan pembenahan. Oleh karena itu kami
mengharap kepada segenap pembaca yang budiman untuk memberikan masukan baik
berupa kritik maupun saran, baik secara lisan mapun secara tertulis. Kami akan
dengan senang hati menerimanya. Harapan kami semoga makalah ini menjadi
manfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Rizal. 2014. Jurnalistik media masa. http://fahmygen.blogspot.co.id/2014/04/pengertian-jurnalistik-media-cetak.html.
23 Mei 2016.
Halo semuanya,
BalasHapusSaya Mr Mohammad Gandi pemberi pinjaman swasta yang memberikan kesempatan seumur hidup untuk semua jenis pinjaman. Apakah Anda memerlukan pinjaman mendesak untuk membayar kembali utang Anda atau apakah Anda memerlukan pinjaman modal untuk meningkatkan bisnis Anda? Apakah Anda ditolak oleh bank dan lembaga keuangan lainnya? Apakah Anda membutuhkan konsolidasi atau pinjaman hipotek? Kami meminjam uang kepada orang-orang yang membutuhkan bantuan keuangan, yang memiliki kredit macet atau yang membutuhkan uang untuk membayar tagihan dan berinvestasi dalam bisnis dengan suku bunga rendah 2% dengan syarat dan ketentuan yang jelas dan dapat dimengerti. 100% Dijamin.
Kirimi kami email ke: (pattersonnullloanfirm@gmail.com) untuk mendaftar